Selasa, 26 Februari 2013

NELAYAN YANG PUAS


NELAYAN YANG PUAS
Usahawan kaya dari kota terkejut menjumpai nelayan di pantai sedang berbaring bermalas-malasan di samping perahunya, sambil mengisap rokok.
'Mengapa engkau tidak pergi menangkap ikan?' tanya usahawan itu.
'Karena ikan yang kutangkap telah menghasilkan cukup uang untuk makan hari ini,' jawab nelayan.
'Mengapa tidak kau tangkap lebih banyak lagi daripada yang kau perlukan?' tanya usahawan.
'Untuk apa?' nelayan balas beitanya.
'Engkau dapat mengumpulkan uang lebih banyak,' jawabnya. 'Dengan uang itu engkau dapat membeli motor tempel, sehingga engkau dapat melaut lebih jauh dan menangkap ikan lebih banyak. Kemudian engkau mempunyai cukup banyak uang untuk membeli pukat nilon. Itu akan menghasilkan ikan lebih banyak lagi, jadi juga uang lebih banyak lagi. Nah, segera uangmu cukup untuk membeli dua kapal ... bahkan mungkin sejumlah kapal. Lalu kau pun akan menjadi kaya seperti aku.'
'Selanjutnya aku mesti berbuat apa?' tanya si nelayan.
'Selanjutnya kau bisa beristirahat dan menikmati hidup,' kata si usahawan. 'Menurut pendapatmu, sekarang Ini aku sedang berbuat apa?' kata si nelayan puas.
Lebih bijaksana menjaga kemampuan untuk menikmati hidup seutuhnya daripada memupuk uang.

(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)

TERIMA KASIH DAN YA

TERIMAKASIH DAN YA
Apakah artinya mencintai Tuhan? Orang tidak mencintaiNya seperti mencintai manusia yang dapat dilihat, didengar dan disentuh. Sebab, Tuhan bukanlah seorang pribadi - sebagaimana kita mengerti arti kata ini. Ia adalah 'Yang, Tak Dikenal'. Ia adalah ,Yang­Samasekali-Lain.' Ia mengatasi semua peristilahan seperti kepriaan dan kewanitaan, pribadi maupun benda mati.
Kalau kita berkata, para pengunjung memenuhi ruangan atau suara penyanyi memenuhi ruangan, kita menggunakan kata yang sama untuk dua kenyataan yang samasekali berbeda. Kalau kita berkata, bahwa kita mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dan mencintai sahabat dengan sepenuh hati, kita juga menggunakan kata yang sama untuk mengungkapkan dua kenyataan yang samasekali berbeda. Sebab, suara penyanyi tidak sungguh-sungguh memenuhi ruangan. Dan kita tidak dapat sungguh-sungguh mencintai Tuhan dalam arti kata yang biasa.
Mencintai Tuhan dengan seluruh hati berarti dengan seluruh hati mengucapkan kata 'ya' kepada kehidupan dan segala peristiwa yang terjadi di dalamnya. Menerima tanpa syarat segala sesuatu yang direncanakan Tuhan dalam hidup ini. Mempunyai sikap yang dimiliki Jesus, ketika berkata: 'Bukan kehendakKu, melainkan kehendakMu terjadilah.' Mencintai Tuhan dengan sepenuh hati, dapat berarti mengamini kata-kata mutiara Dag Hammersjold:
Terimakasih untuk semua yang telah berlalu. Terjadilah segala yang akan terjadi - ya, aku terima.
Hal-hal semacam ini hanya dapat dipersembahkan kepada Tuhan. Di sini Ia tidak mempunyai saingan. Mengerti bahwa inilah artinya mencintai Tuhan, berarti juga sekaligus mengerti hal lain yang sangat penting, yakni bahwa mencintai Tuhan tidak sama dengan mencintai sahabatmu dengan sepenuh hati, hangat dan mesra.
Suara penyanyi memenuhi ruangan. Suara itu tetap menguasai ruangan tersebut, betapa pun ruangan itu penuh orang. Kehadiran orang banyak tidak mengubah sesuatu pun. Yang akan mengubah situasi itu hanyalah suara lain yang menyaingi, yang mau menenggelamkan suara semula. Tuhan tetap menguasai hatimu, biarpun banyak orang
telah memenuhinya. Kehadiran orang-orang itu tidak merupakan bahaya bagi cintaNya. Bahaya hanya dapat muncul dari usaha sebagian orang untuk menjauhkan engkau dari kata 'ya' yang kau ucapkan sepenuh hati terhadap semua yang direncanakan Tuhan bagi hidupmu.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)